Kesurupan Sebagai Tontonan

Foto: Wisnu ASA Ajisatria Narasi: Wisnu ASA Ajisatria dan Wiji Suprayogi

Oleh-oleh Nonton Pentas Reog Bina Muda Kelana Bantul

IMG_3752

Kesurupan merupakan suatu keadaan di mana seseorang mengalami ketidaksadaran karena tubuh kasarnya dimasuki oleh ‘badan alus’ (roh halus). Pada saat seseorang kesurupan, ia tidak akan merasakan dan tidak sadar dengan semua tindakannya. Dalam kesenian tradisonal ada pertunjukan yang menjadikan kesurupan sebagai tontonan utamanya. Salah satunya adalah Jathilan. Di beberapa tempat kesenian ini disebut juga sebagai reog (tapi agak lain dengan yang dari Ponorogo), kuda lumping, atau ebeg. Kesamaan dari pertunjukan ini, ada kuda lumping, topeng, dan kesurupan. Makna dari pertunjukan ini bagi masyarakat pendukungnya belum terdokumentasikan dengan baik. Kami sendiri masih bingung dengan makna ini. Sebagai pertunjukan sajakah, apakah ada kaitanya dengan religi, bagaimana kaitannya? Sepertinya perlu penelitian lebih lanjut.

Kesenian ini biasanya dimainkan saat hajatan, bersih desa, atau perayaan hari besar. Secara singkat prosesnya sebagai berikut: beberapa orang menari menggunakan topeng, berpakaian prajurit, dan menunggang kuda dari anyaman bambu atau kuda lumping. Mereka diiringi sekelompok pemusik yang memainkan gamelan secara konstan. Gamelan biasanya dibunyikan pelan-pelan dan secara konstan menjadi makin keras menciptakan rythem yang terdengar magis. Pada titik tertentu kemudian para penari tadi mengalami kesurupan. Orang atau penari yang mengalami kesurupan dalam kesenian tersebut disebut ‘ndadi’.

Dalam kesenian rakyat ini kondisi ‘ndadi’ tadi yang paling dinantikan oleh para penonton sebagai klimaks dari pertunjukkan. Pada saat kesurupan, para penari akan melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia normal seperti mengupas kelapa dengan giginya, makan bunga tabur, menari dalam waktu lama dengan mulut membawa bendhe (gong kecil), memakan ayam hidup-hidup, memakan kaca, bertingkah seperti harimau, dan banyak hal di luar nalar.

IMG_3706IMG_3813IMG_3739IMG_3790IMG_3819

Dalam pentas biasanya ada orang yang berperan sebagai dukun. Tugasnya menyembuhkan/mengeluarkan roh halus yang merasuki para penari. Proses penyembuhan ini sendiri merupakan tontonan tersendiri. Ada yang sembuh setelah diberi makanan atau benda-benda tertentu yang merupakan kesenangan roh yang merasuki. Namun ketika roh halus yang merasuki penarinya tidak mau dikeluarkan, maka si penari akan dipegang oleh banyak orang sementara sang dukun akan memegang kepalanya sambil membaca doa. Pertunjukkan berakhir ketika semua penari yang ‘ndadi’ telah disembuhkan.

Anda tertarik menggali lebih dalam?

Dusun Pepe Desa Trirenggo Bantul; 11 September 2011

6 thoughts on “Kesurupan Sebagai Tontonan

  1. kampung tercinta yg jauh dimata…namun selalu dekat dihati…setelah hampir 5 tahun ga pulang ke jogja,lewat karya mas asa,sy bisa liat teman2 masa kecil saya di pepe…foto kedua dari atas adalh dian dan andang”mbindik”…dari dulu memang 2 teman ini “ngamituwo”…kang gepeng,maman kuwalahan angkat yg kesurupan….salam buat semua…buat andang aq kangen join rokok karo kowe..karo gitaran nang nggepuro bareng konco2 kabeh…dan buat mas asa makasih bgt…foto2 ini jadi tombo kangen saya yg skrg jauh di medan…

Leave a comment